Sabtu, 11 April 2015

Artikel Ilmu Sosial Budaya Dasar

TUGAS INDIVIDU
ARTIKEL ISBD
Soepri Tjahjono,s.Pd,M.Pd


Oleh
Nama                    : Gusti Komang Widyastiti Rahayu
Nim            : 14140176
Kelas           :B11.3

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
PROGRAM STUDY DIV BIDAN PENDIDIK
TAHUN AJARAN 2015/2016

1.      PERKEMBANGAN NILAI BUDAYA
Definisi Budaya
Budaya adalah pengetahuan, cara hidup, kebiasaan, nilai dan norma serta perangkat sosial yang dimiliki dan berkembang dalam sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.  Budaya ini dapat berupa materi abstrak, konkret maupun fisik. Secara langsung maupun tidak langsung, budaya akan sangat berpengaruh pada kesehatan masyarakat yang menganut suatu budaya. Hal ini dikarenakan budaya sangat berkaitan dengan pola-pola hidup, pola pikir, kebiasaan dan pandangan dalam suatu masyarakat.Indonesia yang yang terdiri dari beragam etnis tentu memiliki banyak budaya dalam masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan etnis yang lain dapat berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya yang positif, dapat dianggap budaya negatif di etnis lainnya. Sehingga tidaklah mengherankan jika permasalahan kesehatan di Indonesia begitu kompleksnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai budaya.
Menurut Munandar Sulaiman (1992), faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perkembangan nilai budaya adalah :
a.        Jarak komunikasi antara kelompok etnis.
Masih terdapat jarak komunikasi antara kelompok etnis, hal yang sering menimbulkan konflik budaya seseorang yang bergerak dari satu kelompiok etnis ke kelompok etnis yang lain. Contoh migdrasi ke kelompok etnis yang berbeda mungkin menimbulkan pergeseran sistem nilai budaya yang sudah ada di daerah kelompok etnis penduduk asli, misalnya menganggap rendah status etnis pendatang (negatif), tetapi mungkin juga etnis pendatang menjadi penggerak pembangunan di daerah kelompok etnis penduduk asli (positif).
b.       Pelaksanaan pembangunan.
Pelaksanaan pembangunan yang terus menerus akan dapat merubah sistem nilai ke arah yang positif dan negatif.
Ø  Pergeseran sistem nilai yang mengarah ke perbaikan antara lain :
a)      Pola hidup tradisional, dan bertaraf lokal yang berbau mistis, berubah menjadi pola hidup modern bertaraf nasional-internasional yang berbasis ilmu pengetahuan dan teklnologi.
b)       Pola hidup sederhana yang hanya bergantung pada alam lingkungan, meningkat menjadi pola hidup modern yang mampu menguasai alam lingkungan dengan dukungan prasarana dan sarana serta teknologi.

Ø  Pergeseran sitem nilai yang mengarah negatif antara lain :
a)      Penggusuran hak milik seseorang untuk kepentingan pembangunan tanpa prosedur hukum yang pasti dan tanpa ganti kerugian yang layak, bahkan tanpa ganti kerugian sama sekali.
b)      Mengurangi atau meniadakan arti kemanusiaan seseorang memandang manusia sebagai obyek sasaran yang selalu dikenai penertiban, serta hak asasinya tidak dihargai.



2.      INIVIDU MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
Individu
Individu berasal dari kata latin individuum yang artinya tidak terbagi. Individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa dan seberapa mempengaruhi kehidupan manusia (Abu Ahmadi, 1991: 23). Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagi kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya,melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan: pertama menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga memengaruhi masyarakat (Hartomo, 2004: 64).Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyrakat yang menjadi latar belakang keberadaanya. Individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya.
Manusia sebagai individu salalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan lingkungan yang dapat membentuknya pribadinya. Namun tidak semua lingkungan menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi tetapi ada kalanya menjadi penghambat proses pembentukan pribadi.Pengaruh lingkungan masyarakat terhadap individu dan khususnya terhadap pembentukan individualitasnya adalah besar, namun sebaliknya individu pun berkemampuan untuk mempengaruhi masyarakat. Kemampuan individu merupakan hal yang utama dalam hubungannya dengan manusia.

Keluarga
Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang tinggal bersama dan makan dari satu dapur yang tidak terbatas pada orang-orang yang mempunyai hubungan darah saja, atau seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang mengurus keperluan hidupnya sendiri. Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga “kulawarga” yang berarti “anggota” “kelompok kerabat”. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu. Keluarga inti ”nuclear family” terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka.


Pengertian Keluarga 
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.(Menurut Departemen Kesehatan RI 1998).
Kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki,esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. (Ki Hajar Dewantara)
Masyarakat 
Dalam bahasa inggris, masyarakat disebut society. Asal kata socius yang berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa arab yang berarti berkumpul dan bekerja sama. Adanya saling berkumpul dan bekerjasama ini karena adanya bentuk-bentuk aturan hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan dalm suatu masyarakat.
Berikut dibawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi :
1.      Menurut Munandar Soelaeman masyarakat merupakan kesatuan sosial yang mempunyai ikatan-ikatan kasih sayang yang erat. Kesatuan sosial mempunyai kehidupan jiwa seperti adanya ungkapan jiwa rakyat, kehendak rakyat, kesadaran masyarakat, dsb.
2.      Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3.      Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4.      Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia tersebut.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan masyarakat adalah :
o   Kumpulan sekian banyak individu yang terikat oleh satuan adat, hukum dan kehidupan bersama
o   Kesatuan sosial yang mempunyai hubungan erat
o   Kumpulan individu-individu yang mandiri dan hidup berdampingan dalam waktu yang cukup lama.


3.      KONSEP NILAI, SISTEM NILAI, DAN SISTEM SOSIAL

KONSEP NILAI
Ada beberapa pengertian tentang nilai, yaitu sebagai berikut :
Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh seseorang sesuai denagn tututan hati nuraninya (pengertian secara umum). Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang kebenaran, keindahan, dan penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau prilaku yang berorientasi pada tindakan dan pemberian arah serta makna pada kehidupan seseorang (simon,1973). Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran atau keinginan mengenai ide-ide, objek, atau prilaku khusu (Znowski, 1974)
Pancasila merupakan sumber utama nilai – nilai di Indonesia. Adapun nilai nilai yang terkandung pada pancasila antara lain:
a.       Nilai Ketuhanan
b.      Nilai Kemanusiaan
c.        Nilai Persatuan
d.      Nilai kerakyatan
e.       Nilai Keadilan
Nilai merupakan suatu ciri, yaitu sebagai berikut:
o   Nilai-nilai membentuk dasar prilaku seseorang
o   Nilai-nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola prilaku yang konsisten.
o   Nilai-nilai menjadi kontrol internal bagi prilaku seseorang.
o   Nilai-nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang yang secara intelektual diyakinkan tentang sutu nilai serta memegang teguh dan mempertahan kannya.
SISTEM NILAI
Tylor dalam Imran Manan (1989;19) mengemukakan moral termasuk bagian dari kebudayaan, yaitu standar tentang baik dan buruk, benar dan salah, yang kesemuanya dalam konsep yang lebih besar termasuk ke dalam ‘nilai’. Hal ini di lihat dari aspek penyampaian pendidikan yang dikatakan bahwa pendidikan mencakup penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.
Kedudukan nilai dalam setiap kebudayaan sangatlah penting, maka pemahaman tentang sistem nilai budaya dan orientasi nilai budaya sangat penting dalam konteks pemahaman perilaku suatu masyarakat dan sistem pendidikan yang digunakan untuk menyampaikan sisitem perilaku dan produk budaya yang dijiwai oleh sistem nilai masyarakat yang bersangkutan.
Sistem nilai budaya ini merupakan rangkaian dari konsep-konsep abstrak yang hidup dalam masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi juga mengenai apa yang dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. Sistem nilai budaya ini menjado pedoman dan pendorong perilaku manusia dalam hidup yang memanifestasi kongkritnya terlihat dalam tata kelakuan. Dari sistem nilai budaya termasuk norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak tercermin dalam cara berfikir dan dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola perilaku anggota-anggota suatu masyarakat.
Kluckhohn mengemukakan kerangka teori nilai nilai yang mencakup pilihan nilai yang dominan yang mungkin dipakai oleh anggota-anggota suatu masyarakat dalam memecahkan 6 masalah pokok kehidupan.
SISTEM SOSIAL 
Menurut Talcot Parson¢  Sistem = interdependensi antar bagian, komponen & proses yang mengatur hubungan-hubungan tersebut  Interdepensi berarti tanpa 1 bagian/komponen maka akan mengalami guncangan. Suatu sistem akan terintegrasi ke suatu equilibrium  Teori Sibenertika Parson: sistem sosial merupakan¢ suatu sinergi antara berbagai sub sistem sosial yang saling mengalami ketergantungan dan keterkaitan.  Adanya hubungan yang saling keterkaitan,¢ interaksi dan saling ketergantungan.
PERSYARATAN SISTEM SOSIAL
Menurut TALCOTT PARSON, ada 4 syarat fungsional agar sistem sosial bertahan:
1)      ADAPTATION (adaptasi)¢ 
2)      GOAL ATTAINMENT (pencapaian tujuan)¢ 
3)      INTEGRATION (integrasi)¢
4)      LATENT PATTERN MAINTENANCE (pemeliharaan pola¢ latent)



4.      MORAL, ETIKA, NORMA, NILAI DAN AHKLAK

1.   Pengertian Moral, Akhlak, Nilai Dan Norma

A.   Pengertian Moral
Kata moral berasal dari kata latin “mos”yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari bahasa latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif dimata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal yang mutlak yang harus dimiliki manusia. Moral secara umum adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.
B.   Pengertian Akhlak
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) di­artikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama. Meskipun kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat di dalam Al Qur'an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadis. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna akhlak dalam al Qur'an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluq, tercantum dalam surat al Qalam ayat 4: Wa innaka la'ala khuluqin 'adzim, yang artinya: Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung. Sedang­kan hadis yang sangat populer menyebut akhlak adalah hadis riwayat Malik, Innama bu'itstu liutammima makarima al akhlaqi, yang artinya: Bahwasanya aku (Muhammad) diutus menjadi Rasul tak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia.
Perjalanan keilmuan selanjutnya kemudian mengenal istilah-istilah adab (tatakrama), etika, moral, karakter disamping kata akhlak itu sendiri, dan masing-masing mempunyai definisi yang berbeda.
Menurut Imam Ghazali, akhlak adalah keadaan yang bersifat batin dimana dari sana lahir perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa dihitung resikonya (al khuluqu haiatun rasikhotun tashduru 'anha al afal bi suhulatin wa yusrin min ghoiri hajatin act_ fikrin wa ruwiyyatin. Sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu yang berbicara tentang baik dan buruk dari suatu perbuatan. Dari definisi itu maka dapat difahami bahwa istilah akhlak adalah netral, artinya ada akhlak yang terpuji (al akhlaq al mah­mudah) dan ada akhlak yang tercela (al akhlaq al mazmumah). Ketika ber­bicara tentang nilai baik buruk maka munculah persoalan tentang konsep baik buruk. Konsep baik buruk perspektip ilmu Akhlak berasal dari kata kholaqo yang artinya penciptaan, maka nilai kebaikan dari akhlaq basiknya adalah dari nilai kebaikan universal, yakni sifat-sifat kebaikan yang dimiliki oleh Tuhan Yang Maha Baik. Oleh karena itu sumber utama nilai akhlak adalah wahyu. Dari sinilah kemudian terjadi perbedaan konsep antara akhlak dengan etika.

C.   Pengertian Nilai
Pengertian nilai, menurut Djahiri (1999), adalah harga, makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan teori, sehingga bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Sedangkan menurut Dictionary dalam Winataputra (1989), nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut secara instrinsik memang berharga. 

D.   Pengertian Norma
Pengertian norma adalah tolok ukur/alat untuk mengukur benar salahnya suatu sikap dan tindakan manusia. Normal juga bisa diartikan sebagai aturan yang berisi rambu-rambu yang menggambarkan ukuran tertentu, yang di dalamnya terkandung nilai benar/salah. Norma yang berlaku dimasyarakat Indonesia ada lima, yaitu (1) norma agama, (2) norma susila, (3) norma kesopanan, (4) norma kebiasan, dan (5) norma hukum, disamping adanya norma-norma lainnya. Pelanggaran norma biasanya mendapatkan sanksi, tetapi bukan berupa hukuman di pengadilan. Menurut anda apa sanksi dari pelanggaran norma agama? Sanksi dari agama ditentukan oleh Tuhan. Oleh karena itu, hukumannya berupa siksaan di akhirat, atau di dunia atas kehendak Tuhan. Sanksi pelanggaran/ penyimpangan norma kesusilaan adalah moral yang biasanya berupa gunjingan dari lingkungannya. Penyimpangan norma kesopanan dan norma kebiasaan, seperti sopan santun dan etika yang berlaku di lingkungannya, juga mendapat sanksi moral dari masyarakat, misalnya berupa gunjingan atau cemooh. Begitu pula norma hukum, biasanya berupa aturan-aturan atau undang-undang yang berlaku di masyarakat dan disepakati bersama. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa norma adalah petunjuk hidup bagi warga yang ada dalam masyarakat, karena norma tersebut mengandung sanksi. Siapa saja, baik individu maupun kelompok, yang melanggar norma dapat hukuman yang berwujud sanksi, seperti sanksi agama dari Tuhan dan dapartemen agama, sanksi akibat pelanmggaran susila, kesopanan, hukum, maupun kebiasaan yang berupa sanksi moral dari masyarakat.

2.    Menganalisis Perbedaan Moral, Akhlak, Nilai Dan Norma
Selain ada persamaan antara akhlak, etika, moral dan susila sebagaimana diuraikan di atas terdapat pula beberapa segi perbedaan yang menjadi ciri khas masing-masing dari keempat istilah tersebut. Berikut ini adalah uraian mengenai segi-segi perbedaan yang dimaksud: Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Sunnah. Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan bersumber dari ajaran Allah. Sementara itu, etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk. Jadi, etika bersumber dari pemikiran yang mendalam dan renungan filosofis, yang pada intinya bersumber dari akal sehat dan hati nurani. Etika besifat temporer, sangat tergantung kepada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang menganutnya.

3.    Pentingnya Agama Sebagai Moral Dan Akhlak Dalam Kehidupan
Akhlak merupakan garis pemisah antara yang berakhlak dengan orang yang tidak berakhlak. Akhlak juga merupakan roh Islam yang mana agama tanpa akhlak samalah seperti jasad yang tidak bernyawa, karena salah satu misi yang dibawa oleh Rasulullah saw ialah membina kembali akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu mulai pada jaman penyembahan berhala oleh pengikutnya yang telah menyeleweng.

  Simpulan
     Nilai adalah suatu ukuran terhadap suatu objek tertentu. Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Seseorang yang bersikap sesuai dengan nilai, akhlak, norma dan moral yang diyakininya dan diaplikasikan dalam kehidupan akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Jadi, Moral, akhlak, nilai dan norma merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia



5.      PANDANGAN NILAI MASYARAKAT TERHADAP INDIVIDU KELUARGA DAN MASYARAKAT
A.     Konsep Individu dan Keluarga
Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula ibu. Anak masih dapat dibagi, sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu. Individu sebagai manusia perseorangan pada dasarnya dibentuk oleh tiga aspek, yaitu aspek organ jasmaniah, psikis rohaniah, dan sosial.
Dalam perkembangannya menjadi manusia sebagaimana kita ketahui bersama, individu tersebut menjalani sejumlah bentuk sosialisasi. Sosialisasi tersebut membantu individu mengembangkan ketiga aspek tersebut. Salah satu bentuk sosialisasi adalah pola pengasuhan anak di dalam keluarga, sebab salah satu fungsi keluarga adalah sebagai media transmisi nilai, norma, dan simbol yang di anut masyarakat kepada anggotanya yang baru. Di masyarakat terdapat berbagai bentuk keluarga yang dalam proses pengorganisasiannya mempunyai latar belakang, maksud, dan tujuannya sendiri. Pranata keluarga ini bukan merupakan fenomena yang tetap, melainkan sebuah fenomena yang berubah, karena di dalam pranata keluarga terjadi sejumlah krisis. Krisis tersebut oleh sebagian kalangan dikhawatirkan akan meruntuhkan pranata keluarga. Akan tetapi, bagi kalangan yang lain, apa pun krisis yang terjadi, pranata keluarga ini akan tetap survive.
B.     Konsep Masyarakat dan Kebudayaan
Masyarakat adalah sekumpulan individu yang mengadakan kesepakatan bersama untuk secara bersama-sama mengelola kehidupan. Terdapat berbagai alasan mengapa individu-individu tersebut mengadakan kesepakatan untuk membentuk kehidupan bersama. Alasan tersebut meliputi alasan biologis, psikologis, dan sosial. Pembentuk kehidupan bersama itu sendiri terjadi melalui beberapa tahapan, yaitu interaksi, adaptasi, pengorganisasian tingkah laku, dan terbentuknya perasaan kelompok. Setelah melewati tahapan tersebut, terbentuk apa yang dinamakan masyarakat yang bentuknya, antara lain masyarakat pemburu dan peramu, peternak, holtikultura, petani, industri, dan lain sebagainya. Di dalam tubuh masyarakat itu sendiri terdapat unsur-unsur persekutuan sosial, pengendalian sosial, media sosial, dan  ukuran sosial. Pengendalian sosial di dalam masyarakat dilakukan melalui beberapa cara yang pada dasarnya bertujuan mengontrol tingkah laku warga masyarakat agar tidak menyeleweng dari apa yang telah disepakati bersama. Walaupun demikian, tidak berarti bahwa apa yang telah disepakati bersama tersebut tidak pernah berubah. Elemen-elemen di dalam tubuh masyarakat selalu berubah yang cakupannya dapat bersifat mikro maupun makro. Apa yang menjadi kesepakatan bersama warga masyarakat adalah kebudayaan, yang antara lain diartikan sebagai pola-pola kehidupan di dalam komunitas. Kebudayaan disini dimengerti sebagai fenomena yang dapat diamati yang wujud kebudayaannya adalah sebagai suatu sistem sosial yang terdiri atas serangkaian tindakan yang berpola yang bertujuan memenuhi keperluan hidup. Serangkaian tindakan berpola atau kebudayaan dimiliki individu melalui proses belajar yang terdiri atas proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi. 

C.    Konsep Keluarga sebagai Masyarakat
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat, berikut ini pengertian keluarga menurut beberapa ahli :
1.         Bergess (1962), yang dimaksud keluarga adalah kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/ hubungan sedarah atau hasil adopsi ; anggotanya tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial, dan mempunyai kebiasaan/ kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan tersendiri.
2.         WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, dan perkawinan.

  Kesimpulan
Individu sebagai manusia perseorangan pada dasarnya dibentuk oleh tiga aspek, yaitu aspek organ jasmaniah, psikis rohaniah, dan social. Dalam perkembangannya menjadi manusa sebagaimana kita ketahui bersama, individu tersebut menjalani sejumlah bentuk sosialisasi.Sedangkan masyarakat adalah sekumpulan individu yang mengadakan kesepakatan bersama untuk secara bersama-sama mengelola kehidupan.
Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut meliputi funsi biologis, psikologis, sosialis, pendidikan, ekonomi. Dan untuk mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga. Tugas kesehatan keluarga menurut friedman di kutip oleh balion dan maglaya (1978) itu mengenal masalah kesehatan keluarga , membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada anggota yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang sehat, dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.



6.      KONSEP DASAR MASYARAKAT
Definisi Masyarakat
      Kontjaraningrat (1990)
      Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. (Effendy, N, 1998)
      Soerdjono Soekanto (1982)
      Masyarakat atau komunitas adalah menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografi) dengan batas-batas tertentu, dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar dari anggota-anggotanya, dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya.
      Mac Iaver (1957)
      Masyarakat adalah sekelompok manusia yang mendiami territorial tertentu dan adanya sifat-sifat yang saling tergantung, adanya pembagian kerja dan kebudayaan bersama.
      Linton (1936)
      Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga dapat mengorganisasikan diri dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

Ciri-ciri Masyarakat
      Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat itu memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1.      Interaksi diantara sesama anggota masyarakat
2.      Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu
3.      Saling tergantung satu dengan lainnya
4.      Memiliki adat istiadat tertentu/kebudayaan
5.      Memiliki identitas bersama

Ciri-ciri Masyarakat Indonesia
Dilihat dari struktur sosial dan kebudayaan masyarakat Indonesia dibagi dalam 3 kategori dengan ciri-ciri sebagai berikut:

Masyarakat desa
o   Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat
o   Hubungan didasarkan kepada adat istiadat yang kuat sebagai organisasi sosial
o   Percaya kepada kekuatan-kekuatan gaib
o   Tingkat buta huruf relative tinggi




Masyarakat madya
o   Hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan kemasyarakatan mulai mengendor
o   Adat istiadat masih dihormati, dan sikap masyarakat mulai terbuka dari pengaruh luar
o   Timbul rasionalitas pada cara berpikir, sehingga kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib mulai berkurang dan akan timbul kembali apabila telah kehabisan akal
o   Timbul lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama pendidikan dasar dan menengah

3.       Ciri-ciri masyarakat modern
a.       Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi
b.       Hubungan antar masyarakat dilakuakn secara terbuka dalam suasana saling pengaruh mempengaruhi
c.       Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi sabagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
d.       Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga ketrampilan dan kejuruan

Di dalam sebuah masyarakat, terdiri dari berbagai macam kelompok menurut fase tumbuh kembang yang dialami, yang mencakup masa neonatus, bayi, toddler, prasekolah, sekolah, remaja, dewasa muda, tengah baya, dewasa tua dan lansia (Hamid A, 1999),




7.      PROSES PEMBENTUKAN MASYARAKAT
Terbentuknya Masyarakat
Sejalan dengan pemahaman masyarakat diatas maka menurut teori sibernetik tentang General System Of Action (Ankie M.M.. Hoogvelt : 1985) menjelaskan bahwa suatu masyarakat akan dapat dianalisis dari sudut syarat-syarat fungsionalnya yaitu .
1)      Fungsi mempertahankan pola (Pettern Maintenance)
Fungsi ini berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem kebudayaan. Hal itu berarti mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi dari masyarakat, oleh kerena diorientasikan realitas yang terakhir.

2)      Fungsi integrasi
Yang mana mencakup jaminan terhadap koordinasi yang diperlukan antara unit-unit dari suatu sistem sosial, khususnya yang berkaitan dengan kontribusinya pada organisasi dan peranannya dalam keseluruhan sistem.

3)      Fungsi pencapaian tujuan (Goal Attaindment),
Hal ini menyangkut hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem aksi kepribadian. Fungsi ini menyangkut penentuan tujuan-tujuan yang sangat penting bagi masyarakat, mobilisasi warga masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

4)      Fungsi adaptasi
Yang menyangkut hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem organisme perilaku dan dengan dunia fisik organik. Hal ini secara umum menyangkut penyesuaian masyarakat terhadap kondisi-kondisi dari lingkungan hidupnya.
Menurut Soekanto (1982), selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang berharga, maka hal ini akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem pelapisan dalam masyarakat. Sesuatu yang dihargai didalam masyarakat itu mungkin berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesolehan dalam beragama atau mungkin juga keturunan dari keluarga yang terhormat.

Tingkatan dalam Masyarakat
Stratifikasi sosial (Sosial Stratification) atau klasifikasi masyarakat merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hierarkhis).
Sorokin dalam Abdul Syani (1994) memperinci ciri umum adanya pelapisan dalam masyarakat kedalam beberapa bagian, yaitu :
1.      Pemilikan atas kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran; artinya strata dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat dari nilai kekayaan seseorang dalam masyarakat.
2.      Status atas dasar fungsi dalam pekerjaan, misalnya sebagai dokter, dosen, buruh atau pekerja teknis dan sebagainya semua ini sangat menentukan status seseorang dalam masyarakat.
3.      Kesolehan seseorang dalam beragama, jika seseorang sungguh-sungguh penuh dengan ketulusan dalam menjalankan agamanya, maka status seseorang tadi akan dipandang lebih tinggi oleh masyarakat.
4.      Status atas dasar keturunan, artinya keturunan dari orang yang dianggap terhormat (ningrat) merupakan ciri seseorang yang memiliki status tinggi dalam masyarakat.



8.      MASYARAKAT KOTA DAN DESA

Pada mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan, dan pada akhirnya masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan, dan melupakan kebiasaan sebagai masyarakat pedesaannya.
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat kota adalah bagaimana cara mereka mengambil sikap dan kebiasaan dalam memecahkan suata permasalahan.
Karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang biasa nampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat dicontohkan pada kehidupan masyarakat desa di jawa. Namun dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta teknologi dan informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku. Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka yang bersifat umum.
1.      Sederhana
2.      Mudah curiga
3.      Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya
4.      Mempunyai sifat kekeluargaan
5.      Lugas atau berbicara apa adanya
6.      Tertutup dalam hal keuangan mereka
7.      Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
8.      Menghargai orang lain
9.      Demokratis dan religious
10.  Jika berjanji, akan selalu diingat

Pengertian desa/pedesaan
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri, atau desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Suatu pedesaan masih sulit umtuk berkembang, bukannya mereka tidak mau berkembang tapi suatu hal yang baru terkadang bertentangan dengan apa yang leluhur hereka ajarkan karna itu masyarakat pedasaan sangat tertutup dengan hal-hal yang baru karena mereka masih memegang teguh adat-adat yang leluhur mereka ajarkan.






Ciri-ciri masyarakat pedesaan
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat pedesaan yaitu :
Ø Kehidupan didesa masyarakatnya masih memegang teguh keagamaan atau adat dari leluhur mereka.
Ø Warga pedesaan lebih condong saling tolong-menolong tidak hidup individualisme
Ø Warga pedesaan mayoritas memiliki pekerjaan sebagai petani.

 Pengertian Kota
Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar. Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
Ciri-ciri masyarakat Perkotaan
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :
Ø Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
Ø Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada orang lain (Individualisme).
Ø Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
Ø Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.


9.      SUMBER DAYA SARANA KESEHATAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN

Sumber Daya di Desa
Tingkat kepercayaan masyarakat desa terhadap petugas kesehatan masih rendah karena mereka masih percaya kepada dukun, sehingga kita perlu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat desa tentang dunia medis.
 Sarana Kesehatan
1.    Puskesmas
Di desa untuk saat ini hampir 100% sudah membangun puskesmas untuk mensejahterakan masyarakatnya. Secara konseptual, puskesmas menganut konsep wilayah dan diharapkan dapat melayani sasaran jumlah penduduk yang ada di wilayah masing-masing.
2.    BPS (Bidan Praktek Swasta)
Merupakan salah satu sumber daya yang dapat mensejahterakan kesehatan ibu dan anak. Di BPS bidan dapat memberikan penyuluhan yang dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak di wilayah tersebut, khususnya di daerah pedesaan.
3.    Sarana Kesehatan di Desa Bersumber Daya Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah:
a.       Posyandu
b.      PKK
c.       Pos Obat Desa (POD)
d.      Polindes
e.        Sarana Tenaga Kesehatan
f.       Bidan Desa
g.      Dukun Bersalin



Sumber Daya di Kota
v Sarana Kesehatan
1.    Puskesmas
2.    Rumah Sakit
3.    Klinik Bersalin
4.    Sarana produksi dan distribusi sedian dan alat kesehatan
v Sarana Tenaga Kesehatan
1. Dokter Kandungan
2. Bidan
3. Apoteker
4. Perawat
5. Ahli Gizi
6. Tenaga Kesehata Masyarakat


  

10.  PERMASALAHAN SOSIAL  MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN

Pengertian Masyarakat
Masyarakat merupakan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Masyarakat dalam arti sempit yaitu sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu misalnya teritorial, bangsa, golongan dsb.
*PERMASALAHAN SOSIAL MASYARAKAT PERKOTAAN
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.

Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1.Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2.Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3.Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb

*PERMASALAHAN SOSIAL MASYARAKAT PEDESAAN
Masyarakat Pedesaan (masyarakat tradisional)
A.   Pengertian desa/pedesaan
Yang dimaksud dengan desa menurut Sutardjo Kartodikusumamengemukakan sebagai berikut: Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri



Contoh permasalahan di pedesaan yaitu :

1.                  Lemahnya posisi sumber daya alam
2.                  Lemahnya posisi sumber daya manusia didalam pedesaan
3.                  Kurangnya penguasaan teknologi yang menyebabkan masyarakat pedesaan sukar mendapatkan informasi.
4.                  Lemahnya infrastruktur dan lemahnya aspek kelembagaan didalam pedesaan
5.                  Sulit untuk mendapatkan pekerjaan
6.                  Kurangnya pengetahuan sosial sehingga mudah ditipu oleh masyarakat kota
7.                  Konflik/pertengkaran yang biasanya berkisar dari masalah sehari-hari/rumah tangga
8.                  Kontroversi yang disebabkan dari perubahan konsep adat istiadat dan kebudayaan
9.                  Kompetisi dan persaingan yang negatif bila menunjukan sifat iri

Dari semua hal diatas dapat kita ketahui perbedaan-perbedaan permasalahan sosial didalam masyarakat perkotaan dan pedesaan, sehingga dapat diketahui perbedaan permasalahan sosial dalam hal :
·         Jumlah dan kepadatan penduduk
·         Lingkungan hidup
·         Mata pencaharian
·         Corak kehidupan social
·         Stratifiksi social
·         Mobilitas social
·         Pola interaksi social
·         Solidaritas sosial




11.  POLARISASI DESA KOTA

 Polarisasi Beragama Masyarakat Pedesaan
Modernisasi dan globalisasi mempercepat proses polarisasi beragama masyarakat pedesaan. Kalau kita menggunakan kategori Clifford Geertz untuk melihat varian keberagamaan masyarakat Indonesia yaitu abangan-priyayi-santri, maka saat ini varian itu sudah mengalami perubahan yang signifikan. Saat ini sulit untuk mendapatkan varian keberagamaan seperti itu di masyarakat khususnya varian abangan dan bahkan sudah banyak bergeser ke arah varian putihan (santri). Keberhasilan dakwah Islam oleh berbagai organisasi agama di Indonesia baik yang konservatif, tradisional, maupun yang modernis telah merubah secara signifikan varian keberagamaan masyarakat; keberagamaan masyarakat Indonesia telah mengalami polarisasi, demikian juga di masyarakat pedesaan. Demikian pula varian masyarakat priyayi dan wong cilik-nya Kuntowijoyo juga sulit untuk ditemukan dalam konteks kontemporer. Keberhasilan pembangunan dan dakwah Islam telah mengaburkan disparitas masyarakat pedesaan baik secara sosial maupun keagamaan. Pola keberagamaan masyarakat kontemporer termasuk di pedesaan tidak lagi bisa dipisahkan berdasarkan organisasi Islam tertentu seperti Nahdhatul Ulama (NU) atau Muhammadiyah, namun perpaduan antara keduanya dan juga varian-varian Islam lain juga sudah semakin beragam muncul di masyarakat. Akhirnya muncul di perkotaan maupun pedesaan berbagai aliran Islam, organisasi-organisasi Islam hingga tokoh-tokoh agama dari berbagai varian Islam. Banyak hal yang menyebabkan polarisasi (sosial) masyarakat pedesaan. Pertama, semakin melemahnya tradisi atau sistem adat di masyarakat pedesaan. Seiring dengan menguatnya struktur pemerintah modern, maka sistem adat mulai berkurang secara signifikan. Ini bisa terlihat dengan jelas dengan semakin turunnya pamor ketua adat atau pemimpin tradisional masyarakat pedesaan. Contoh konkrit dalam hal ini adalah berkurangnya lembaga-lembaga lokal seperti paguyuban dll. Kedua, globalisasi dan dakwah Islam. Globalisasi telah mengaburkan nilai-nilai lokal dan hal ini didukung oleh dakwah Islam yang semakin giat dilakukan oleh berbagai organisasi Islam baik nasional maupun trans-nasional. John Naisbitt menggambarkan dengan sangat baik bahwa low tech menyebabkan high touch dan high tech menyebabkan low touch.

https://www.scribd.com/doc/85745055/Makalah-Polarisasi-Konflik-Dalam-Masyarakat-11

12.  UBRANISASI DAN UBRANISME
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke perkotaan.
Penyebab urbanisasi atau perpindahan penduduk perdesaan ke perkotaan terjadi karena adanya daya tarik (pull factors) dari perkotaan dan daya dorong (push factors) dari perdesaan. Faktor Pendorong dari Desa:
·         Faktor pendorong dan desa yang menyebabkan terjadinya urbanisasi sebagai beriikut.
·         Terbatasnya kesempatan kerja atau lapangan kerja di desa.
·         Tanah pertanian di desa banyak yang sudah tidak subur atau mengalami kekeringan.
·         Kehidupan pedesaan lebih monoton (tetap/tidak berubah) daripada perkotaan.

Faktor Penarik dari Kota
·         Faktor penarik dan kota yang menyebabkan terjadinya urbanisasi sebagai berikut.
·         Kesempatan kerja lebih banyak dibandingkan dengan di desa.
·         Upah kerja tinggi.
·         Tersedia beragam fasilitas kehidupan, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi, dan pusat-pusat perbelanjaan.

Adapun dampak negatif urbanisasi bagi desa sebagai berikut:
·         Desa kekurangan tenaga kerja untuk mengolah pertanian.
·         Perilaku yang tidak sesuai dengan norma setempat sering ditularkan dan kehidupan kota.
·         Desa banyak kehilangan penduduk yang berkualitas.
Dampak negatif urbanisasi bagi kota sebagai berikut.
·         Timbulnya pengangguran.
·         Munculnya tunawisma dan gubuk-gubuk liar di tengah-tengah kota.
·         Meningkatnya kemacetan lalu lintas.
·         Meningkatnya kejahatan, pelacuran, perjudian, dan bentuk masalah sosial lainnya.

Pengertian Urbanisme
Dalam kepustakaan geografi pandangan seorang geografiwan terhadap “urbanisasi” ini ialah sebuah kota sebagai sesuatu yang integral, dan untuk memiliki pengaruh atau merupakan unsure yang dominan dalam system keruangan yang lebih luas tanpa mengabaikan adanya jalinan yang erat antara aspek politik, social dan aspek ekonomi dengan wilayah disekitarnya.
Konsep urbanisme
Pendekatan pragmatis terhadap urbanisme mempromosikan tindakan di atas refleksi. Pragmatisme menekankan budaya inklusi di dalam kota di mana kontradiksi dan bekerja perselisihan untuk membangun kebenaran kuat. Inti dari pragmatisme tetap dalam kehidupan sehari-hari kontemporer di daerah perkotaan sebagai bahan filosofis utama. Meskipun ekspresi telah digunakan selama lebih dari satu abad, itu bukanlah konsep tetap. Sementara dunia bahwa gerakan berakar di memiliki banyak perubahan, sebagai bingkai untuk melihat dunia, pragmatisme juga mengalami berbagai tingkat modifikasi. Perubahan tersebut sangat relevan dengan perkembangan kota dan tema dasar pragmatisme dapat diterapkan pada urbanisme bahkan lebih kuat.
Menurut Bernstein, “tema ini juga aplikasi dasar urbanisme.” Sebagai pragmatisme berbagi sejarah perkembangan dengan kota-kota modern, baik pragmatis dan praktisi perkotaan telah mempengaruhi satu sama lain. Dewey mengatakan bahwa interaksi adalah pengalaman manusia. “Untuk hidup ada pawai terganggu seragam atau aliran Ini adalah hal sejarah, masing-masing dengan plot sendiri, awal sendiri dan gerakan menuju penutupan, masing-masing memiliki gerakan yang berirama tertentu sendiri; masing-masing dengan kualitas yang tidak berulang sendiri meresapi ke seluruh. ”


13.  DASAR DAN SIFAT STRATIFIKASI

Stratifikasi sosial akan selalu ditemukan dalam masyarakat selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai. Adapun dasar atau ukuran yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota msyarakat ke dalam suatu lapisan sosial adalah sebagai berikut.
         Ukuran kekayaan
         Ukuran kekuasaan
         Ukuran kehormatan
         Ukuran ilmu pengetahuan
Keempat ukuran di atas bukanlah bersifat limitif, artinya masih ada ukuran lain yang dapat dipergunakan dalam kriteria penggolongan pelapisan sosial dalam masyarakat, namun ukuran di ataslah yang paling banyak digunakan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial.
Faktor-faktor penyebab Terbentuknya stratifikasi sosial Faktor-faktor penyebab Terbentuknya stratifikasi sosial dalam masyarakat didukung oleh: a. Perbedaan ras dan kebudayaan b. Adanya spesialisasi dalam bidang pekerjaan. c. Adanya kelangkaan dalam masyarakat menyangkut pembagian hak dan kewajiban. 1.3 Dasar-dasar stratifikasi sosial Kriteria untuk menggolongkan masyarakat ke golongan tertentu ditentukan oleh: a. Kekayaan. b. Kekuasaan. c. Kehormatan. d. Pendidikan/pengetahuan. 1.4 Unsur-unsur stratifikasi sosial Stratifikasi sosial memiliki dua unsur yaitu: a. Status b. Peran     Status Adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.       3 cara memperoleh status:
·         Ascribe Status, merupakan kedudukan yang di peroleh seseorang melalui kelahiran. 
·         Achived Status, merupakan status atau kedudukan seseorang yang diperoleh melalui usaha-usaha yang disengaja. 
·         Assigned Status, merupakan status atau kedudukan yang diberikan. 
Peran Adalah perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peranan.       Menurut Soerjono Soekanto di dalam peran mengandung tiga hal:
·         Norma-norma di dalam masyarakat. 
·         Konsep tentang yang dilakukan 
·         Perilaku individu 
Sifat-sifat stratifikasi sosial Stratifikasi memiliki sifat, yaitu:
Stratifikasi Terbuka Adalah Setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk naik ke pelapisan sosial yang lebih tinggi karena kemampuan dan kecakapannya sendiri, atau turun ke pelapisan sosial yang lebih rendah bagi mereka yang tidak cakap dan tidak beruntung. Contoh Masyarakat di negara industri maju atau masyarakat pertanian yang telah mengalami gelombang modernisasi. 
Stratifikasi Campuran Adalah Stratifikasi gabungan antara stratifikasi terbuka dan tertutup. Contoh Kehidupan masyarakat Bali, walaupun budaya masyarakatnya tertutup, tetapi secara ekonomi sistem pelapisan sosialnya bersifat terbuka. 



14.  CIRI ADANYA STRATIFIKASI

Ciri-ciri Stratifikasi Sosial
 Adanya stratifikasi sosial membuat sekelompok orang memiliki ciri-ciri yangberbeda dalam hal kedudukan, gaya hidup, dan perolehan sumber daya. Ketigaciri stratifikasi sosial adalah sebagai berikut.1)Perbedaan Kemampuan Anggota masyarakat dari kelas (strata) tinggi memiliki kemampuan lebihtinggi dibandingkan dengan anggota kelas sosial di bawahnya. Misalnya, orangkaya tentu mampu membeli mobil mewah, rumah bagus, dan membiayaipendidikan anaknya sampai jenjang tertinggi. Sementara itu, orang miskin,harus bejuang keras untuk biaya hidup sehari-hari.2)Perbedaan Gaya HidupGaya hidup meliputi banyak hal, seperti mode pakaian, model rumah, seleramakanan, kegiatan sehari-hari, kendaraan, selera seni, cara berbicara, tata kramapergaulan, hobi (kegemaran), dan lain-lain. Orang yang berasal dari kelas atas(pejabat tinggi pemerintahan atau pengusaha besar) tentu memiliki gaya hidup yang berbeda dengan orang kelas bawah. Orang kalangan atas biasanyaberbusana mahal dan bermerek, berlibur ke luar negeri, bepergian denganmobil mewah atau naik pesawat, sedangkan orang kalangan bawah cukupberbusana dengan bahan sederhana, bepergian dengan kendaraan umum, danberlibur di tempat-tempat wisata terdekat.3)Perbedaan Hak dan Perolehan Sumber DayaHak adalah sesuatu yang dapat diperoleh atau dinikmati sehubungan dengankedudukan seseorang, sedangkan sumber daya adalah segala sesuatu yangbermanfaat untuk mendukung kehidupan seseorang. Semakin tinggi kelas sosialseseorang maka hak yang diperolehnya semakin besar, termasuk kemampuanuntuk memperoleh sumber daya. Misalnya, hak yang dimiliki oleh seorangdirektur sebuah perusahaan dengan hak yang dimiliki para karyawan tentuberbeda. Penghasilannya pun berbeda. Sementara itu, semakin besarpenghasilan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk memperolehhal-hal lain.
Kesimpulan
      Stratifikasi sosial adalah strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian kesatuan status sosial dan memiliki sikap, nilai-nilai dan gaya hidup yang sama.
Esensi dari stratifikasi sosial adalah setiap individu memiliki beberapa posisi sosial dan masing-masing orang memerankan beberapa peran untuk mengklasifikasikan individu-individu tersebut ke dalam kategori status-peran. Cara mempelajari stratifikasi sosial yaitu dengan Pendekatan Obyekti, Pendekatan Subyektif dan Pendektan Reputasional. Proses terjadinya stratifikasi sosial yaitu terjadi secara otomatis, karena faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahir.

https://sosiologiblog.wordpress.com/2012/11/20/ciri-ciri-stratifikasi-sosial/

15.  UNSUR-UNSUR STRATIFIKASI SOSIAL
1. Kedudukan (status)
Kedudukan adalah sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang lain dalam kelompok tersebut. Sedangkan kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Kedudukan sosial tidak hanya kumpulan kedudukan kedudukan seseorang dalam kelompok yang berbeda, tetapi kedudukan sosial mempengaruhi kedudukan orang tadi dalam kelompok sosial yang berbeda.
  Menurut Pitirim Sorokin, untuk mengukur status dapat dilihat dari :
  • Jabatan / pekerjaan
  • Ilmu pengetahuan
  • Kekayaan
  • Agama
  • Politis , keturunan
Menurut Soerjono Soekanto , dimensi stratifikasi sosial meliputi :
  • Kekayaan
  • Kekuasaan
  • Ilmu pengetahuan
  • Kehormatan
  • Kes 
2. Peran (role)
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan artinya, seseorang telah menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran menyangkut 3 hal :
1.      Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan kedudukan seseorang dalam masyarakat
2.      Peran merupakan suatu konsep tentang apa yang dilakukan individu dalam masyarakat
  1. Peran merupakan sebagai perilaku indidvidu yang penting dalam struktur sosial
 Macam-macam peran (atas dasar pelaksanaannya):
  1. Peran yang diharapkan
Contoh : hakim, diplomatik, protokoler, dll
  2. Peran yang disesuaikan
Peran yang disesuaikan mungkin tidak cocok dengan situasi setempat. Peran ini sifatnya lebih luwes
 Macam-macam peran (atas dasar cara memperolehnya):
  1. Peran bawaan (ascribed roles)
Yaitu, peran yang diperoleh secara otomatis tanpa melalui usaha.
Contoh : peran ayah , peran ibu
  2. Peran pilihan (achieved Roles)
Yaitu , peran yang diperoleh atas dasar keputusan sendiri
Contoh : seseorang yang memutuskan untuk kuliah di UNAIR
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45465-Makalah-Stratifikasi%20Sosial.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar