KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Kebutuhan Fisik Eliminasi
1. Pendahuluan
Manusia
merupakan salah satu makhluk hidup. Dikatakan sebagai makhluk hidup karena
manusia memiliki cirri-ciri diantaranya: dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh,
beradaptasi, memerlukan makan, dan megeluarkan sisa metabolisme tubuh
(eliminasi). Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh dikarenakan peranan
masing-masing organ.
Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap manusia akan menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola eliminasi urine, konstipasi, diare dan kembung. Selain berbagai macam yang telah disebutkan diatas akan menimbulkan dampak pada system organ lainnya seperti: system pencernaan, ekskresi, dll.
2. Tujuan
Mengetahui
prinsip pemenuhan kebutuhan eliminasi.
a. Mengetahui
organ-organ yang berperan dalam eliminasi
b. Menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi
c. Mengetahui
gangguan/masalah kebutuhan eliminasi urine
d. Mengetahui
tindakan mengatasi masalah eliminasi urine
KONSEP TEORI
ELIMINASI URINE
1.
Konsep dasar
Eliminasi urine normalnya adalah
pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi dari plasma darah dari glomerolus dan
180 liter darah yang masuk keginjal untuk difiltrasi hanya 1-2 liter saja yang
dapat berupa urine, sebagian besr hasil filtrasi akan diserap kembali ditubulus
ginjal untuk dimanfaatkan oleh tubuh
2. Pengertian Eliminasi
Eliminasi adalah proses pembuangan sisia metabolisme
tubuh baik berupa urine atau alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi
terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan
eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar).
3. Kebutuhan eliminasi urine
a. Organ yang
berperan dalam Eliminasi Urine
1). Ginjal
1). Ginjal
Merupakan organ
retroperitoneal (di
belakang selaput perut) yang terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang
punggung. Ginjal berperan sebagi pengatur komposisi dan volume cairan dalam
tubuh.
2). Kandung kemih
(bladder, buli-buli)
Merupakan
sebuah kantung yang terdiri atas otot halus yang berfungsi sebagai penampung air
seni (urine).
3).
Uretra
Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.
Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.
b. Proses Berkemih
Urine normal adalah pengeluaran cairan
yang prosesnya tergantung pada fungsi organ-organ eliminasi urine seperti
ginjal, ureter, bladder dan uretra.
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ± 250-450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak). Ginjal memindahkan air dari darah berbentuk urine. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu. Kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Komposisi urine : Air (96%), Larutan (4%), Larutan Organik: Urea, ammonia, keratin, dan asam urat, Larutan Anorganik: Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sufat, magnesium, fosfor. Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak.
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ± 250-450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak). Ginjal memindahkan air dari darah berbentuk urine. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu. Kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Komposisi urine : Air (96%), Larutan (4%), Larutan Organik: Urea, ammonia, keratin, dan asam urat, Larutan Anorganik: Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sufat, magnesium, fosfor. Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak.
c. Faktor yang
Memengaruhi Eliminasi Urine
1). Diet dan asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. selain itu, minum kopi juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
2). Respon
keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urin banyak tertahan di vesika urinaria, sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urin banyak tertahan di vesika urinaria, sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.
3). Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.
4). Stres
psikologis
Meningkatkan stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
Meningkatkan stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
5). Tingkat
aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinearia yang baik untuk fungsi sphincter. Kemampuan tonus otot di dapatkan dengan beraktivitas. Hilangnya tonus otot vesika urinearia juga dapat menyebabkan.
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinearia yang baik untuk fungsi sphincter. Kemampuan tonus otot di dapatkan dengan beraktivitas. Hilangnya tonus otot vesika urinearia juga dapat menyebabkan.
6). Tingkat
perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih mengalami mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat dengan bertambahnya usia.
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih mengalami mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat dengan bertambahnya usia.
7). Kondisi
penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes mellitus.
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes mellitus.
8). Sosiokultural
Budaya dapat memegaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
Budaya dapat memegaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
9). Kebiasaan
seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemh di toilet, biasanya mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemh di toilet, biasanya mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
10). Tonus otot
Tonus otot yang berperan penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine.
Tonus otot yang berperan penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine.
11). Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine.
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine.
12). Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan.
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan.
13). Pemeriksaan
diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti intra venus pyelogram (IVP).
Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti intra venus pyelogram (IVP).
d. Perubahan pola eliminasi
urine
1).
Frekuensi
Normal, meningkatnya frekuensi berkemih, karena meningkatnya cairan. Frekuensi tinggi tanpa suatu tekanan intake cairan dapat diakibatkan karena cystitis. Frekuensi tinggi pada orang stress dan orang hamil. Canture / nokturia meningkatnya frekuensi berkemih pada malam hari, tetapi ini tidak akibat meningkatnya intake cairan
Normal, meningkatnya frekuensi berkemih, karena meningkatnya cairan. Frekuensi tinggi tanpa suatu tekanan intake cairan dapat diakibatkan karena cystitis. Frekuensi tinggi pada orang stress dan orang hamil. Canture / nokturia meningkatnya frekuensi berkemih pada malam hari, tetapi ini tidak akibat meningkatnya intake cairan
2).
Urgency
Adalah perasaan seseorang untuk
berkemih. Sering seseorang tergesa-gesa ke toilet takut mengalami inkontinensi
jika tidak berkemih. Pada umumnya anak kecil masih buruk kemampuan mengontrol
sfingter eksternal.
3).
Dysuria
Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam
berkemih. Dapat terjadi karena : striktura urethra, infeksi perkemihan, trauma
pada kandung kemih dan urethra.
4).
Polyuria
Produksi urine abnormal dalam jumlah
besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake
cairan. Dapat terjadi karena : DM, defisiensi ADH, penyakit ginjal kronik.
Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan hilangnya berat badan.
5).
Urinari suppresi
Adalah berhenti mendadak produksi
urine. Secara normnal urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada
kecepatan 60 – 120 ml/jam (720 – 1440 ml/hari) dewasa. Keadaan dimana ginjal
tidak memproduksi urine kurang dari 100 ml/hari disanuria. Produksi urine
abnormal dalam jumlah sedikit oleh ginjal disebut oliguria misalnya 100 – 500
ml/hari. Penyebab anuria dan oliguria : penyakit ginjal, kegagalan jantung,
luka bakar dan shock.
e. Gangguan/Masalah-masalah eliminasi
urine
1).
Retensi
Adanya penumpukan urine didalam kandung kemih
dan ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri. Menyebabkan
distensi kandung kemih. Normal urine berada di kandung kemih 250 –
450 ml. Dalam
keadaan distensi, kandung kemih dapat menampung urine sebanyak 3000 – 4000 ml
urine.
a). Tanda-tanda klinis retensi
Ø Ketidaknyamanan
daerah pubis.
Ø Distensi
kandung kemih
Ø Ketidak
sanggupan unutk berkemih.
Ø Sering
berkemih
dalam kandung kemih yang sedikit (25 – 50 ml)
Ø Ketidak
seimbangan jumlah urine yang dikelurkan dengan intakenya.
Ø Meningkatnya
keresahan dan keinginan berkemih.
b).
Penyebab
Ø Operasi
pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, urethra.
Ø Pembesaran
kelenjar prostat
Ø Strikture
urethra.
Ø Trauma
sumsum tulang belakang.
2).
Inkontinensi urine
Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna
untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih. Jika kandung kemih
dikosongkan secara total selama inkontinensi disebut inkontinensi komplit. Jika
kandung kemih tidak secara total dikosongkan selama inkontinensia disebut inkontinensi
sebagian
a). Penyebab Inkontinensi
Ø Proses ketuaan
Ø Pembesaran kelenjar
prostat
Ø Spasme kandung kemih
Ø Menurunnya kesadaran
Ø Menggunakan obat narkotik sedative
b). Jenis inkontinensi yang dapat dibedakan:
Ø Total inkontinensi
Adalah kelanjutan dan tidak dapat diprediksikan keluarnya urine. Penyebabnya biasanya adalah injury sfinter eksternal pada laki-laki, injury otot perineal atau adanya fistula antara kandung kemih dan vagina pada wanita dan kongenital atau kelainan neurologis.
Adalah kelanjutan dan tidak dapat diprediksikan keluarnya urine. Penyebabnya biasanya adalah injury sfinter eksternal pada laki-laki, injury otot perineal atau adanya fistula antara kandung kemih dan vagina pada wanita dan kongenital atau kelainan neurologis.
Ø Stress inkontinensi
Ketidaksanggupan mengontrol keluarnya urine pada waktu tekanan abdomen meningkat contohnya batuk, tertawa karena ketidaksanggupan sfingter eksternal menutup.
Ketidaksanggupan mengontrol keluarnya urine pada waktu tekanan abdomen meningkat contohnya batuk, tertawa karena ketidaksanggupan sfingter eksternal menutup.
Ø Urge inkontinensi
Terjadi pada waktu kebutuhan berkemih yang baik, tetapi tidak dapat ketoilet tepat pada waktunya. Disebabkan infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme kandung kemih.
Terjadi pada waktu kebutuhan berkemih yang baik, tetapi tidak dapat ketoilet tepat pada waktunya. Disebabkan infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme kandung kemih.
Ø Fungisonal inkontinensi
Adalah involunter yang tidak dapat diprediksi keluarnya urine. Biasa didefinisikan sebagai inkontinensi persistens karena secara fisik dan mental mengalami gangguan atau beberapa faktor lingkungan dalam persiapan untuk buang air kecil di kamar mandi.
Adalah involunter yang tidak dapat diprediksi keluarnya urine. Biasa didefinisikan sebagai inkontinensi persistens karena secara fisik dan mental mengalami gangguan atau beberapa faktor lingkungan dalam persiapan untuk buang air kecil di kamar mandi.
Ø Refleks inkontinensi
Adalah involunter keluarnya urine yang diprediksi intervalnya ketika ada reaksi volume kandung kemih penuh. Klien tidak dapat merasakan pengosongan kandung kemihnya penuh.
Adalah involunter keluarnya urine yang diprediksi intervalnya ketika ada reaksi volume kandung kemih penuh. Klien tidak dapat merasakan pengosongan kandung kemihnya penuh.
3).
Enuresis
Ø Sering terjadi pada
anak-anak
Ø Umumnya terjadi pada
malam hari nocturnal enuresis
Ø Dapat terjadi satu kali
atau lebih dalam semalam.
Penyebab Enuresis
Ø Kapasitas kandung kemih
lebih besar dari normalnya.
Ø Anak-anak yang tidurnya
bersuara dan tanda-tanda dari indikasi dari keinginan berkemih tidak diketahui,
yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk kekamar mandi.
Ø Kandung kemih irritable dan
seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar.
Ø Suasana emosional yang
tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudara kandung, cekcok
dengan orang tua). Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan
mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk mendidiknya.
Ø Infeksi saluran kemih
atau perubahan fisik atau neurologi sistem perkemihan.
Ø Makanan yang banyak
mengandung garam dan mineral atau makanan pemedas
Ø Anak yang takut jalan
pada gang gelap untuk kekamar mandi.
f.
Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi
Urine
1). Pengumpulan Urine untuk Bahan Pemeriksaan
2). Menolong Buang Air Kecil dengan Menggunakan Urineal
pispot
a). Pengertian
Membantu paien yang hendak buang air besar
atau buang air kecil (BAK) di atas tempat tidur
b). Tujuan
·
Membantu
pasien dalam upaya memenuhi kebutuhan eliminasi urine
·
Mengurangi
pergerakan pasien
·
Mengetahui
adanya kelainan feses/urine secara langsung
·
Menjaga
kebersihan pasien dan alat tenun pasien
c). prosedur
kerja terlampir
3). Kateterisasi
urine sementara (STRAIGHT) dan menetap (INDWELLING)
a). Pengertian
Memsukkan slang karet atau plastik melalui
uretra dan ke dalam kandung kemih
b). Tujuan
·
Menghilangkan
distensi kandung kemih
·
Menatalaksana
kandung kemih inkompeten
·
Mendapatkan
spesimen urine steril
·
Mengkaji
jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya dikosongkan
c). Prosedur
kerja terlampir
4). Pengelolaan
sistem drainage dengan catheter
a). Pengertian
Perawatan
slang yang terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan kedalam saluran kemih
sampai kandung kemih untuk memungkinkan aliran atau drainage urine
b). Tujuan
·
Memperlancar
aliran urine
·
Mencegah
terjadinya infeksi
·
Mencegah
terjadinya aliran balik/refluks
c). Prosedur
kerja terlampir
5). Pelepasan
katether
a). Pengertian
Melepas
drainage urine pada pasien yang dipasang catether
b). Tujuan
·
Melatih
pasien untuk BAK normal tanpa menggunakan kateter
6). Pemasangan
kondom kateter
a). Pengertian
Kondom
kateter adalah alat drainage urine external/luar yang mudah digunakan dan amam
untuk mengalirkan urine pada klien pria
b). Tujuan
·
Mengumpulkan
urine dan mengontrol urine inkontinen
·
Mencegah
iritasi pada kulit akibat inkontinen
·
Klien
dapat melakukan aktifitas fisik tanpa harus merasa malu karena adanya kebocoran
urine (ngompol)
7). Irigasi
kandung kemih kontinu
a). Pengertian
Suatu sistem aliran irigasi yang tertutup
yang dialirkan ke dalam kandung kemih secara kontinu dengan menggunakan larutan
irigasi yang steril pada pasien pascaoperasi pembedahan genitourinarius
b). Tujuan
·
Irigasi
kandung kemih kontinu dilakukan untuk mempertahankan potensi kateter uretra.
Irigasi ini dipertahankan dengan cara sistem irigasi tertutup. Sistem tertutup
menjamin sterilitas irigan dan sistem irigasi
c). Dilakukan
pada
Klien setelah pembedahan genitournaria karena
klien ini beresiko mengalami bekuan darah kecil dan fragmen mukus yang dapat
menghambat kateter urine.
8). Latihan
berkemih
a). Pengertian
Suatu
latihan yang dilakukan dalam rangka melatih otot-otot kandung kemih
b). Tujuan
Mengembalikan
pola kebiasaan berkemih
c). Prosedur
pelaksanaan terlampir
9). Latihan
ulang berkemih
a). Pengertian
Suatu
kegiatan latihan untuk meningkatkan kekuatan otot kandung kemih
b). Tujuan
Menurunkan
frekuensi inkontinentia urine
c). Prosedur
pelaksanaan terlampir
10). KEGEL,S
EXERCISES
a). Pengertian
Suatu
bentuk latihan otot pelvis pada wanita yang bermanfaat memperkuat otot-otot
pelvis dan mengurangi terjadinya incontinentia
b). Tujuan
·
Memperkuat otot-otot panggul
·
Mencegah
terjadinya incontinentia stres akibat adanya kelemahan pelvis dan tekanan
intraabdomen yang tinggi
·
Mencegah
terulangnya episode inkontinentia
c). Prosedur
pelaksanaan terlampir
KONSEP TEORI
ELIMINASI ALVI/DEFIKASI
(Kebutuhan eliminasi alvi/Buang air besar )
1. Konsep dasar eliminasi fekal
Sistem pencernaan merupakan saluran
panjang (± 9 meter) yang terlihat dalam proses mencerna makanan, mulai dari
mulut sampai dengan anus. Saluran ini akan menerima makanan dari luar tubuh dan
mempersiapkanya untuk diserap serta bercampur dengan enzim dan zat cair melalui
proses pencernaan , baik dari cara mengunyah, menelan dan mencampur menjadi
zat-zat gizi
2. Organ yang
berperan dalam Eliminasi
Alvi/defikasi
Sistem tubuh
berperan dalam proses eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar.
3. Proses Buang
Air Besar (Defekasi)
adalah proses
pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua pusat yang menguasai
refleks untuk defekasi, yang terletak di medula dan sumsum tulang belakang.
Secara umum, terdapat dua macam terdapat dua macam refleks yang membantu proses
defekasi yaitu refleks defekasi intrinsic dan refleks defekasi parasimpatis.
4.
Proses defekasi
Defekasi
adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan
flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.
5. Gangguan /
Masalah Eliminasi Alvi
a. Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis usus besar sehingga mengalami eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras.
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis usus besar sehingga mengalami eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras.
b. Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa mula dan muntah
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa mula dan muntah
c. Inkontinesia usus
Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal, sehingga mengalami proses pengeluaran feses tidak disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sphincter akibat kerusakan sphincter.
Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal, sehingga mengalami proses pengeluaran feses tidak disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sphincter akibat kerusakan sphincter.
d. Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas berlebihan dalam lambung atau usus
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas berlebihan dalam lambung atau usus
e. Hemorroid
Hemorrhoid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi, peregangan saat defekasi dan lain-lain
Hemorrhoid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi, peregangan saat defekasi dan lain-lain
f. Fecal Impaction
Fecal impaction
merupakan massa feses karena dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan
akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab fecal impaction adalah
asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
6. Faktor yang
Memengaruhi Proses Defekasi
a. Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang berbeda.
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang berbeda.
b. Diet
Diet, pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat memengaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsipun dapat memengaruhinya.
Diet, pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat memengaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsipun dapat memengaruhinya.
c. Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena itu, proses absopsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi.
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh karena itu, proses absopsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi.
d. Aktivitas
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi
Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi
e. Pengobatan
Pengobatan juga dapat memengaruhinya proses defekasi, seperti penggunaan laksantif, atau antasida yang terlalu sering.
Pengobatan juga dapat memengaruhinya proses defekasi, seperti penggunaan laksantif, atau antasida yang terlalu sering.
f. Gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/ kebiasaan melakukan buang air besar di tempat yang bersih atau toilet, etika seseorang tersebut buang air besar di tempat terbuka atau tempat kotor, maka akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/ kebiasaan melakukan buang air besar di tempat yang bersih atau toilet, etika seseorang tersebut buang air besar di tempat terbuka atau tempat kotor, maka akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
g. Penyakit
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan system pencernaan, seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan system pencernaan, seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
h. Nyeri
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan / keinginan untuk defekasi seperti nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomi
Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan / keinginan untuk defekasi seperti nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomi
i. Kerusakan
sensoris dan motoris
Kerusakan pada system sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi.
Kerusakan pada system sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi.
7. Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi
Alvi (Buang Air Besar)
a. Melakukan enema (huknah)
1) Pengertian
Memasukan
larutan kedalam rektum dan kolom
2) Tujuan
·
Meningkatkan
defekasi dengan merangsang peristaltik
·
Melunakkan
feces yang telah mengeras atau mengosongkan rektum dan kolon bawah untuk
prosedur diagnostik atau pembedahan
3) Jenis huknah
a) Huknah rendah
b) Huknah tinggi
c) Huknah gliserin
Ø Huknah rendah
·
Pengertian
Memasukian
cairan melalui anus sampai kekolon desenden
·
Tujuan
o
Merangsang
peristaltik usus
o
Mengosongkan
usus sebagai persiapan tindakan operasi, kolonoskopi.
o
Tindakan
pengobatan
Ø Huknah tinggi
Kesimpulan
Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas
dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi
(kebutuhan buang air besar). Organ yang berperan dalam eliminasi urine adalah:
ginjal, kandung kemih dan uretra. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine
terjadi proses berkemih. Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria
(kandung kemih). Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine adalah diet,
asupan, respon keinginan awal untuk berkemih kebiasaan seseorang dan stress
psikologi. Gangguan kebutuhan eliminasi urine adalah retensi urine,
inkontinensia urine dan enuresis. Dan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut
adalah pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan, buang air kecil dengan
urineal dan melakukan katerisasi. Sedangkan system tubuh yang berperan dalam
proses eliminasi alvi atau buang air besar adalah system gastrointestinal bawah
yang meliputi usus halus dan usus besar. Dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi
alvi terjadi proses defekasi. Defekasi adalah proses pengosongan usus yang
sering disebut buang air besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi
antara lain: usia, diet, asupan cairan, aktifitas, gaya hidup dan penyakit.
Gangguan eliminasi alvi adalah konstipasi, diare, kembung dan hemorrhoid.
Tindakan untuk mengatasinya adalah menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan,
membantu pasien buang air besar dengan pispot dan memberikan gliserin.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kusyati,dkk, 2006, Keterampilan dan Prosedur Laboratorium:
Jakarta, EGC.
- Tarwoto &
Wartonah, 2010, Kebutuhan dasar
manusia dan proses keperawatan,Jakarat: Salemba medika
- Potter
&Ferry,2005, Fundamental
Keperawatan,Jakarta: EGC
4. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Eliminasi. Terdapat pada :http://911medical.blogspot.com/2007/06/asuhan-keperawatan-klien-dengan-masalah.html
5. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. PenerbitKedokteran EGC: Jakarta.
6. Harnawatiaj.
2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan
Eliminasi Fekal.Terdapat pada: http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar- pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-fecal/Septiawan, Catur E. 2008.
7. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada:www.kiva.orgSjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta.
8.
.
10. Siregar,
c. Trisa , 2004, Kebutuhan Dasar Manusia
Eliminasi BAB, Program Studi Ilmu Keprawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Johnson M., Meridean, M., Moorhead, 2000. NANDA,
NIC, NOC. PENERBIT:MOSBY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar