URAIAN MATERI
A. MENGUKUR SUHU
1.
Deskripsi
Menurut Johnson dan Taylor (2005) suhu tubuh adalah
keseimbangan antara panas yang diperoleh dan panas yang hilang. Nilai normal
suhu tubuh menurut Dubois (1948) dalam Johnson dan Taylor ( 2005 ) antara
35,8°-37° C. Perubahan suhu tubuh yang
konstan perlu selalu dipertahankan sebab terjadinya kenaikan suhu tubuh
menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan dan disertai dengan
peningkatan frekuensi detak jantung. Setiap peningkatan suhu tubuh 1°C terjadi
peningkatan frekuensi nadi sekitar 20 kali denyut per menit(Gould,1994: Johnson
dan Taylor,2005). Apabila terjadi kenaikan suhu tubuh mencapai 40,5° C mulai
terjadi kerusakan sel. Bila melebihi 42°C menyebabkan disfungsi otak, koma,
kolaps. Sebaliknya bila terjadi penurunan suhu akan terjadi keletihan dan
aktivitas tidak akan terkoordinir, kehilangan kesadaran sampai kematian.Penyebab
kenaikan suhu tubuh, antara lain variasi diurnal, siklius mestruasi, digesti,
laju metabolism tubuh, mandi hangat, demam, penggunaan anastesi umum, alcohol,
dan adanya infeksi kuman.
2.
Macam
– macam pengukuran suhu
a. Mengukur suhu oral
1)
Definisi
Mengukur suhu badan dengan menggunakan thermometer
yang ditempatkan di mulut.
2)
Tujuan
Mengetahui suhu klien untuk menentukan tindakan dan diagnose
3)
Persiapan alat
a)
Thermometer air raksa
b)
Larutan sabun, desifektan, air bersih
dalamtempatnya
c)
Sarung tangan
d)
Tissue
e)
Bengkok
f)
Buku catatan dan alat tulis
4)
Prosedur
a)
Menjelaskan pada klien tentang tindakan
yang akan dilakukan
b)
Mendekatkan alat kesamping klien
c)
Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
d)
Menempatkan thermometer di bawah lidah
klien dalam kantung sub lingual lateral ke tengah rahang bawah
e)
Meminta klien menahan thermometer dengan
bibir terkatup dan hindari pengigitan. Bila klien tidak
mampu menahan thermometer dalam mulut maka pegangi thermometer.
f)
Biarkan thermometer di tempat tersebut :
(1)
Thermometer air raksa : 2-3 menit
(2)
Thermometer digital : sampai sinyal terdengar
g)
Keluarkan thermometer denganm hati-hati
h)
Lap thermometer memakai tissue dengan gerakan memutar dari
atas kearah reservoir, kemudian buang tissue di bengkok
i)
Baca air raksa atau digitnya
j)
Menurunkan tingkat air raksa/
mengembalikan thermometer digital keskala awal
k)
Mengembalikan thermometer pada tempatnya
l)
Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
m)
Mendokumentasikan hasil tindakan.
b. Mengukur suhu rectal
1)
Definisi
Mengukur suhu
badan dengan menggunakan thermometer yang ditempatkan di rectal.
2)
Tujuan
Mengetahui suhu badan klien untuk menentukan
tindakan dan membantu menegakkan diagnose.
3)
Persiapan alat
a)
Thermometer air raksa/ thermometer
elektrik siap pakai
b)
Larutan sabun, desifektan, air bersih
dalam tempatnya
c)
Vaselin/ pelumas larut air
d)
Sarung tangan
e)
Tissue
f)
Bengkok
g)
Buku catatan dan alat tulis.
4)
Prosedur
a)
Menjelaskan pada klien tentang tindakan
yang akan dilakukan
b)
Mendekatkan alat ke samping klien
c)
Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
d)
Memasang tirai atau menutup gorden/
pintu ruangan
e)
Membuka pakaian bagian bawah
f)
Mengatur posisi klien
(1)
Dewasa : sim atau miring dan kaki
sebelah atas tekuk ke arah perut
(2)
Bayi / anak : tengkurap/ terlentang
g)
Melumasi ujung thermometer dengan
vaselin sekitar 2,5-3,5 cm untuk orang dewasa dan 1,2-2,5 cm untuk
bayi/anak-anak
h)
Membuka anus dengan menaikkan bokong
atas dengan tangan kiri ( untuk orang dewasa). Bila bayi tengkurap di tempta
tidur, regangkan kedua bokong dengan jari-jari
i)
Minta klien menarik nafas dalam dan
masukkan thermometer secara perlahan ke dalam anus sekitar 3,5 cm pada orang
dewasa dan 1,2-2,5 pada bayi
j)
Pegang thermometer ditempanya selama 2-3
menit (orang dewasa) dan 5 menit (untuk anak-anak)
k)
Keluarkan thermometer dengan hati-hati
l)
Lap thermometer memakai tissue dengan
gerakan memutar dari atas kearah reservoir, kemudian buang tissue di bengkok
m)
Baca air raksa atau digitnya
n)
Melap area anal untuk membersihkan
pelumas atau faeces dan merapikan klien
o)
Membersihkan thermometer air raksa
p)
Menurunkan tingkat air raksa/
mengembalikan thermometer digital keskala awal
q)
Mengembalikan thermometer pada tempatnya
r)
Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
s)
Mendokumentasikan hasil tindakan.
c. Mengukur suhu aksila
1)
Definisi
Mengukur
suhu badan dengan menggunakan thermometer yang ditempatkan di ketiak/aksila.
2)
Tujuan
Mengetahui
suhu badan klien untuk menentukan tindakan dan membantu menegakkan diagnose.
3)
Persiapan alat
a)
Thermometer air raksa/ thermometer
elektrik siap pakai
b)
Larutan sabun, desinfektan, air bersih
dalam tempatnya
c)
Sarung tangan
d)
Tissue
e)
Bengkok
f)
Buku catatan dan alat tulis.
4)
Prosedur
a)
Menjelaskan kepada klien tentang
tindakan yang akan dilakukan
b)
Mendekatkan alat ke samping klien
c)
Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
d)
Memasang tirai atau menutup gorden/
pintu ruangan
e)
Membantu klien untuk duduk atau posisi
berbaring terlentang. Buka pakaian pada lengan klien
f)
Menempatkan thermometer ke tengah
ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan bawah klien
g)
Biarkan thermometer ditempat tersebut :
(1)
Thermometer air raksa 5-10 menit
(2)
Thermometer digital : sampai sinyal
terdengar
h)
Keluarkan thermometer dengan hati-hati
i)
Lap thermometer memakai tissue dengan
gerakan memutar dari atas kea rah reservoir, kemudian buang tissue di bengkok
j)
Baca air raksa atau digitnyamembantu
klien merapikan bajunya
k)
Menurunkan tingkat air raksa/
mengembalikan thermometer digital keskala awal
l)
Mengembalikan thermometer pada tempatnya
m)
Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
n)
Mendokumentasikan hasil tindakan
3.
Membersihkan
thermometer
a.
Tujuan
Mencegah
penyebaran mikroorganisme.
b.
Persiapan alat
1)
Larutan sabun dalam tempatnya
2)
Larutan desinfektan 5 % dalam tempatnya
3)
Air bersih dalam tempatnya
4)
Tissue dalam tempatnya
5)
Thermometer habis pakai
6)
Bengkok
c.
Prosedur
1)
Memegang thermometer dengan tangan kiri
dan ambil tissue kemudian basahi dengan air sabun
2)
Lap thermometer memakai tissue tersebut
dengan gerakan memutar dari atas ke arah reservoir
3)
Tissue yang telah dipakai dibuang dalam
bengkok
4)
Masukkan thermometer dalam larutan
desinfektan 5 % selama 3 menit
5)
Lap dengan tissue dari atas kearah
reservoir. Buang tissue yang kotor
6)
Masukkan thermometer kedalam air bersih
7)
Mengeringkan thermometer dengan tissue
dengan cara memutar dari reservoir ke
atas, buang tissue yang kotor
8)
Menurunkan air raksa dan menyimpan
thermometer ditempatnya
9)
Mencuci tangan
B. MENGHITUNG DENYUT NADI
1.
Deskripsi
Denyut nadi adalah pelebaran dan recoil arteri
elastis berirama pada saat ventrikel memompakan darah kedalam sirkulasi. Nadi
teraba diseluruh bagian tubuh tempat arteri dapat dipalpasi diatas bagian yang
keras, biasanya tulang. Pengkajian nadi meliputi frekuensi, volume, dan
keteraturan. Nadi yang lambat atau cepat mengindikasikan perubahan dalam jumlah
darah yang dipompakan. Pengkajian nadi yang paling sering dilakukan adalah pada
arteri radialis, karena tempat ini mudah dijangkau. Bila pada pemeriksaan terjadi
ketidaksesuaian antara denyut jantung dan arteri perifer maka dapat dilakukan
pengukuran keduanya secara bersamaan.
a.
Definisi menghitung denyut nadi :
Menghitung frekuensi denyut nadi dalam satu menit
b.
Tujuan :
1)
Menghitung denyut nadi dalam satu menit
2)
Mengetahui keadaan umum klien
3)
Mengetahui integritas system
kardiovaskuler
4)
Mengetahui perkembangan jalannya
penyakit
c.
Persiapan alat
1)
Arloji dengan jarum detik atau layar
digital
2)
Buku catan dan alat tulis
d.
Prosedur kerja :
1)
Menjelasakan tindakan yang akan dilakukan
2)
Mendekatkan alat
3)
Mencuci tangan
4)
Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
5)
Meraba arteri denyut nadi selama 1 menit
penuh
6)
Mencatat hasil pemeriksaan
7)
Merapikan pasien
8)
Membereskan alat
9)
Mencuci tangan.
C. MENGUKUR
TEKANAN DARAH
1.
Definisi Tekanan Darah.
Tekanan darah adalah
daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding
bagian dalam jantung darah (dan pembuluh Ethel, 2003: 238).
2.
Asal Tekanan Darah.
Aksi pemompaan jantung
memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah
mengalir melalui system pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau
gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan.
a.
Tekanan
ventrikular kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah
0 mmHg saat diastole.
b.
Tekanan
aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 80 mmHg saat
diastole. Tekanan diastolik tetap dipertahankan dalam arteri karena efek lontar
balik dari dinding elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100 mmHg.
Perubahan tekanan
sirkulasi sistemik. Darah mengalir dari aorta (dengan tekanan 100 mmHg) menuju
arteri (dengan perubahan tekanan dari 100 ke 40 mmHg) ke arteriol (dengan
tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10 mmHg di ujung vena) masuk ke vena
(dengan perubahan tekanan dari 10 mmHg ke 5 mmHg) menuju vena cava superior dan
inferior (dengan tekanan 2 mmHg) dan sampai ke atrium kanan (dengan tekanan 0
mmHg) (Ethel, 2003: 238).
3. Faktor
– faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
a.
Curah
jantung
Tekanan darah berbanding
lurus dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi
jantungnya).
b.
Tekanan
Perifer terhadap tekanan darah
Tekanan darah
berbanding terbalik dengan tahanan dalam pembuluh. Tahanan perifer memiliki
beberapa faktor penentu :
1)
Viskositas
darah.
Semakin banyak kandungan protein dan sel darah
dalam plasma, semakin besar tahanan terhadap aliran darah. Peningkatan
hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas : pada anemia, kandungan
hematokrit dan viskositas berkurang.
2)
Panjang pembuluh
Semakin panjang
pembuluh, semakin besar tahanan terhadap aliran darah.
3)
Radius
pembuluh
Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius
pembuluh sampai pangkat keempatnya
a)
Jika radius
pembuluh digandakan seperti yang terjadi pada fase dilatasi, maka aliran darah
akan meningkat enambelas kali lipat. Tekanan darah akan turun.
b)
Jika radius
pembuluh dibagi dua, seperti yang terjadi pada vasokontriksi, maka tahahan
terhadap aliran akan meningkat enambelas kali lipat dan tekanan darah akan
naik.
4)
Karena
panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan, maka perubahan
dalam tekanan darah didapat adri perubahan radius pembuluh darah (Ethel, 2003:
238-239).
4. Pengaturan
Tekanan Darah
a.
Pengaturan
saraf
Pusat vasomotorik pada
medulla otak mengatur tekanan darah. Pusat kardiokselerator dan kardio inhibitor
mengatur curah jantung.
1) Pusat vasomotorik
a)
tonus
vasomotorik merupakan stimulasi tingkat rendah yang terus menerus pada serabut
otot polos dinding pembuluh. Tonus ini mempertahankan tekanan darah melalui
vasokontriksi pembuluh.
b)
Pertahanan
tonus vasomotorik ini dilangsungkan melalui impuls dari serabut saraf
vasomotorik yang merupakan serabut eferen saraf simpatis pada sistem saraf
otonom.
c)
Vaso
dilatasi biasanya terjadi karena pengurangan impuls vasokonstriktor.
Pengecualian hanya terjadi pada pembuluh darah di jantung dan otak.
(1)
Pembuluh
darah di jantung dan otak memilki reseptor-reseptor beta adrenergik, merespon
epinefrin yang bersirkulasi dan yang dilepas oleh medulla adrenae.
(2)
Mekanisme
ini memastikan suplai darah yang cukup untuk organ-organ vital selama situasi
menegangkan yang menginduksi stimulasi saraf simpatis dan vasokontriksi di
suatu tempat pada tubuh.
(3)
Stimulasi
parasimpatis menyebabkan vasodilatasi pembuluh hanya di beberapa tempat;
misalnya, pada jaringan erektil genetalia dan kelenjar saliva tertentu.
1)
Pusat
akselerator dan inhibitor jantung serta baroreseptor aorta dan karotis, yang
mengatur tekanan darah melalui SSO.
b. Pengaturan kimia dan hormonal
Ada sejumlah zat kimia yang
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tekanan darah. Zat tersebut
meliputi :
1)
Hormon
medulla adrenal (norepineprin termasuk vasokonstriktor)
epinefrin dapat berperan sebagai suatu vasokonstriktor atau vasodilator, bergantung
epinefrin dapat berperan sebagai suatu vasokonstriktor atau vasodilator, bergantung
pada jenis reseptor
otot polos pada pembuluh darah organ.
2) Hormon antidiuretik (vasopresin) dan oksitosin
yang disekresi dari kelenjar hipofisis posterior termasuk vasokontriktor.
3) Angiotensin adalah sejenis peptida darah yang
dalam bentuk aktifnya termasuk salah satu vasokontriktor kuat.
4) Berbagai angina dan peptide seperti histamin,
glukagon, kolesistokinin, sekretin, dan bradikinin yang diproduksi sejumlah
jaringan tubuh, juga termasuk zat kimia vasoaktif.
5) Prostaglandin adalah agens seperti hormone
yang diproduksi secara local dan mampu bertindak sebagai vasodilator atau
vasokonstriktor (Ethel, 2003: 239).
5. Pengukuran Tekanan Darah Arteri Sistolik
dan Diastolik
a. Tekanan darah diukur secara tidak langsung
melalui metode auskultasi dengan menggunakan sfigmomanometer :
1)
Peralatannya
terdiri dari sebuah manset lengan untuk mengehentikan aliran darah arteri
brakial, sebuah manometer raksa untuk membaca tekanan, sebuah bulb pemompa
manset untuk menghentikan aliran darah arteri brakial, dan sebuah katup untuk
mengeluarkan udara dari manset.
2)
Sebuah
stetoskop dipakai untuk mendeteksi awal dan akhir bunyi Karotkoff, yaitu bunyi
semburan darah yang melalui sebagian pembuluh yang tertutup. Bunyi dan
pembacaan angka pada kolom raksa secara bersamaan merupakan cara untuk
menentukan tekanan sistolik dan diastolik.
b. Tekanan darah
rata-rata pada pria dewasa muda adalah sistolik 120 mmHg dan diastolic 80 mmHg,
biasanya ditulis 120/80. Tekanan darah pada wanita dewasa muda, baik sistolik
maupun diastolic biasannya lebih kecil 10 mmHg dari tekanan darah laki-laki
dewasa muda (Ethel, 2003: 240).
c. Tekanan darah arteri adalah tekanan darah
lateral yang disebabkan oleh volume darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan
darah merupakan hasil curah jantung dan pembuluh darah tepi. Tekanan darah
bergantung pada volume darah yang diejedinding erteri, ksikan, kecepatan,
distensibilitas, viskositas darah, dan tekanan di dalam pembuluh setelah ejeksi
terakhir.
d. Tekanan darah sistolik merupakan puncak
tekanan di dalam arteri yang diatur oleh isi sekuncup dan kelenturan pembuluh
darah. Tekanan darah diastolik merupakan tekanan darah di dalam arteri dan
bergantung pada tahanan perifer. Perbedaadan diastolik dan tekanan sistolik
adalah tekanan nadi.
Tekanan darah pada
lengan kanan biasanya 5-10 mmHg lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah
pada lengan kiri. Sedangkan tekanan darah di tungkai biasanya 15-20 mmHg lebih
tinggi dibandingkan dengan tekanan darah pada lengan , meskipun dengan
berbaring. Hal ini sebagian berkaitan dengan hukum Poisuille, yang pada intinya
menyatakan tahanan total pembuluh darah yang dihubungkan secara parallel lebih
besar daripada tahanan satu pembuluh darah besar. Tekanan darah di dalam aorta
lebih kecil dibandingkan tekanan darah di dalam cabang-cabang arteri
ekstremitas bawah.
Tekanan darah sangat
bervariasi, bergantung pada tingkat eksitasi pasien, tingkat aktivitas,
kebiasaan merokok, nyeri, distensi kandung kemih atau pola diet. Selama
pernapasan tenang biasanya terjadi penurunan tekanan sistolik sampai 10
mmHg pada waktu inspirasi.
6.
Prinsip Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah dapat
diukur secara langsung dengan kateter intra-arterial atau secara tidak langsung
dengan sfigmomanometer. Sfigmomanometer terdiri dari kantung karet yang dapat digembungkan
di dalam suatu penutup kain, bola karet untuk memompa kantong dan manometer
untuk mengukur tekanan di dalam kantong karet.
Pengukuran tekanan
darah secara tidak langsung meliputi deteksi timbul dan hilangnya bunyi
Korotkoff secara auskultasi di atas arteri yang ditekan. Bunyi Korotkoff adalah
bunyi yang bernada rendah yang berasal dari dalam pembuluh darah yang berkaitan
dengan turbulensi yang dihasilkan dengan menyumbat arteri secara parsial dengan
manset tekanan darah.
Ada beberapa fase yang terjadi secara berurutan ketika tekanan
penyumbat turun:
a.
Fase I
terjadi bila tekanan penyumbat turun sampai tekanan darah sistolik, suara
mengetuknya jelas dan berangsur-angsur intensitasnya meningkat ketika tekanan
penyumbat turun.
b.
Fase II
terjadi pada tekanan kira-kira 10-15 mmHg di bawah fase I dan terdiri dari
suara mengetuk yang diikuti dengan bising.
c.
Fase III
terjadi bila tekanan penyumbat turun cukup banyak sehingga sebagian besar
volume darah dapat mengalir melalui arteri yang tersumbat sebagian. Bunyinya
serupa dengan bunyi pada fase II, kecuali ketika hanya terdengar bunyi ketukan.
d.
Fase IV
terjadi bila intensitas suara tiba-tiba melemah ketika tekanan mendekati
tekanan darah diastolik.
e.
Fase V
terjadi bila bunyi sama sekali menghilang , pembuluh darah tidak tertekan lagi
oleh manset penyumbat , dan sekarang tidak ada lagi aliran turbulensi.
Tekanan darah normal
orang dewasa sampai 140 mmHg untuk sistolik dan 95 mmHg untuk diastoliknya.
Titik hilangnya bunyi Korotkoff mungkin lebih cepat ketimbang titik meredupnya
untuk penentuan tekanan diastolik. Akan tetapi jika titik hilangnya lebih dari
10 mmHg dari titik meredup, titik meredup mungkin lebih akurat. Pencatatan
titik meredup dan menghilangnya bunyi ini sering membantu komunikasi. Sehingga
tekanan darah dapat dicatat dengan 125/76-65 mmHg. Tekanan darah sistolik 125
mmHg , titik meredup 75 mmHg, menghilang 65 mmHg yang disebut sebagai tekanan darah diastolik.
Ukuran manset penting
untuk menentukan tekanan darah yang tepat. Manset ini harus dilingkarkan dengan
sempit di sekeliling lengan dengan tepi bawah 2,5 cm di atas fosa antekubiti.
Manset ini sebaiknya 20% lebih lebar daripada diameter ekstremitas dan kantong
karet harus terletak di atas arteri. Pemakaian manset yang terlalu kecil untuk
lengan berukuran besar akan menghasilkan pengukuran tekanan darah yang lebih
tinggi daripada sebenarnya.
Pada pengukuran tekanan
darah kita akan mengenal istilah celah auskultasi yaitu keadaan bening yang
disebabkan oleh lenyapnya bunyi Korotkoff setelah muncul untuk pertama kali dan
timbulnya kembali bunyi ini pada tekanan yang lebih rendah. Celah auskultasi
ada sewaktu terjadi penurunan aliran darah ke ekstremitas, seperti ditemukan
pada hipertensi dan stenosis aorta. Kepentingan klinis ini adalah tekanan darah
sistolik dapat ditemukan secara keliru pada tingkat yang lebih rendah, yaitu
titik timbulnya kembali bunyi Korotkoff. Untuk meyakinkan pemeriksaan tekanan
sistolik dapat pula dibandingkan dengan pengukuran tekanan darah secara palpasi.
7. Teknik
Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan
darah dilakukan dengan pasien berbaring terlentang yang nyaman. Kantong manset
diletakkan di atas arteri brakhialis kanan. Jika lengannya terlalu gemuk,
pakailah manset paha. Lengan sedikit difleksikan dan disokong kira-kira
setinggi jantung. Pengukuran tekanan darah secara palpasi ini seperti diuraikan
di atas untuk menentukan tekanan sistolik secara memadai dan untuk menyingkirkan permasalahan karena adanya celah
auskultasi, sebaiknya tekanan darah mula-mula diperiksa dengan cara palpasi.
Menurut prosedur ini,
arteri brakhialis atau radialis kanan dipalpasi sementara manset dipompa di
atas tekanan darah yang diperlukan untuk menghilangkan denyut nadi. Sekrup yang
dapat diputar dibuka perlahan untuk mengurangi tekanan di dalam kantong karet
secara lambat. Tekanan sistolik dikketahui dengan timbulnya kembali denyut
brachial. Segera setelah denyut teraba, sekrup itu dibuka untuk mengurangi tekanan kantong karet dengan cepat. Ini
adalah tekanan darah sistolik.
Hamil menyebabkan
peningkatan volume darah, curah jantung dan frekuensi jantung. Tekanan turun
pada kehamilan trimester I meningkat sejak pertengahan kehamilan samapi titik
maksimal pada trimester III.
Teknik untuk
mendapatkan yang akurat :
a.
Posisi lengan
sejajar jantung (mdsternum)
b.
Lengan
horizontal dan disangga
c.
Kantong
manset pada arteri brakhialis
d.
Pengempisan
tidak terlalu cepat dan tidak menghentikan pengempisan manset di antara systole
dan diastole.
e.
Bila hasil
tidak normal dilakukan pengulangan 2 kali dan hitung rata-ratanya.
Aspek
Keterampilan
- Menyiapkan alat
a.
Tensimeter
b.
Stetoskop
c.
Status ibu
d.
Alat Tulis
- Menyiapkan Lingkungan
a.
Tempat
tidur tempat ibu berbaring
b.
Meletakkan
kursi untuk pemeriksaan di dekat tempat tidur ibu
- Menyiapkan ibu
a.
Menyapa ibu
dengan sopan sesuai dengan kondisi
b.
Memberi
informasi kepada ibu tentang tujuan dan maksud pemeriksaan
c.
Mempersilakan
ibu berbaring di tempat tidur
d.
Member tahu
prosedur pemeriksaan
- Melaksanakan Prosedur pemeriksaan
-
Menyingsingkan
lengan baju ibu pada lengan yang tidak aktif
-
Memasang manset tensimeter pada lengan atas, kira-kira 3 cm di atas
fossa kubiti dengan pipa karet diletakkan di sebelah luar lengan, dan
tensimeter diletakkan di atas tempat tidur, kemudian membuka kunci air raksa
pada tensimeter.
-
Memakai
stetoskop untuk mendengarkan denyut arteri brakhialis
-
Meraba
denyut arteri brakhialis dengan ujung jari tengah dan jari telunjuk, ibu tidak
diperkenankan menggenggam atau mengepalkan tangan.
-
Meletakkan
piring stetoskop pada arteri brakhialis
-
Mengunci
skrup balon udara
-
Memompa
manset melalui balon udara sampai denyut arteri brakhialis tidak terdengar lagi.
-
Mendengarkan
bunyi denyutan arteri sampil membuka skrup balon udara untuk menurunkan tekanan
manset pada lengan, dilakukan secara perlahan.
-
Menentukan
bunyi jantung systole dan diastole dengan cara :
·
Bunyi
denyut arteri pertama yang terdengar adalah systole
·
Bunyi
denyut arteri yang terdengar terakhir adalah diastole
·
Menutup
kunci air raksa dan membuka manset
·
Merapikan
manset dan mengunci tensimeter dengan aman.
-
Menganalisis
hasil pemeriksaan
·
Tekanan
darah normal : bila perubahan tekanan darah sebelum hamil dan saat hamil
berkisar 10 mmHg
·
Tekanan
darah tinggi : systole ≥ 140 mmHg, diastole > 100mmHg
·
Tekanan
darah rendah : systole ≤ 90 mmHg
-
Merapikan lengan
baju ibu
-
Merapikan
alat
-
Mencatat
hasil pemeriksaan ke dalam status ibu.
D. MENGHITUNG
PERNAPASAN
1. Pengertian
Pernapasan internal
merupakan upaya tubuh untuk memasukan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida
(system metabolisme tubuh). Pernapasan yang normal dapat diobservasi dari
frekuensi per menit, kedalaman, keteraturan dan tanda-tanda yang menyertai,
seperti bunyi napas dan bau napas (Johnson dan Tailor, 2005)
Dalam keadaan
istirahat, pernapasan orang dewasa normal berkisar 12-20 kali dalam 1 menit.
Setiap orang dapat mengendalikan pernapasan secara individual dalam waktu
tertentu, misalnya pada waktu berenang, bernyanyi, berpidato, lari cepat, dan
sebagainya. Dalam kondisi normal, pernapasan berlangsung secara otomatis.
2. Tujuan
Tujuan menghitung
pernapasan :
a.
Mengetahui
keadaan umum pasien
b.
Mengetahui
jumlah dan sifat pernapasan dalam 1 menit
c.
Mengikuti
perkembangan penyakit
d.
Membantu
menegakkan diagnose
3. Faktor-faktor
yang mempengaruhi
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi
pernapasan, yaitu :
a.
Kondisi
kesehatan yang menyebabkan gangguan pada organ napas dan berhubungan dengan
pernapasan, misalnya infeksi pada paru-paru.
b.
Pemakaian
obat-obatan, misalnya obat penenang, narkotika, analgetik, yang dapat
menurunkan kedalaman pernapasan. Kecepatan pernapasan berhubungan dengan
kecepatan denyut nadi dengan perbandingan satu kali bernapas lebih kurang 4
kali denyut nadi. Dalam keadaan suhu tubuh meningkat, kecepatan bernapas juga
meningkat karena tubuh berupaya melepaskan kelebihan panas. Pusat pernapasan
berada pada medulla oblongata pada tengkorak. Apabila tekanan pada tengkorak
kepala bertambah akan mempengaruhi pernapasan menjadi tidak teratur. Dalam
keadaan anemia, ketika terjadi penurunan jumlah sel-sel darah merah daya angkut
oksigen dalam darah berkurang untuk mengompensasi jumlah pemasukan oksigen ke
dalam tubuh maka frekuensi pernapasan bertambah cepat.
4. Prosedur
Pelaksanaan
a.
Persiapan
alat :
1)
Arloji
tangan dengan jarum detik atau layar digital atau polsteller
2)
Buku
catatan dan alat tulis
b.
Langkah-langkah
1)
Tempatkan
alat di samping klien
2)
Jelaskan
tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
3)
Cuci tangan
4)
Letakkan
lengan klien pada posisi rileks menyilang abdomen atau dada bagian bawahnya
atau tempatkan tangan pemeriksa langsung
pada abdomen atas klien
5)
Observasi
siklus pernapasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali ekspirasi)
6)
Setelah
siklus terobservasi, lihat pada jarum detik jam tangan dan hitung frekuensinya
7)
Jika irama
teratur, hitung respirasi 30 detik dn kalikan dua
8)
Jika
pernapasan tidak teratur, hitung satu menit penuh
9)
Saat
menghitung, catat kedalaman pernapasan
10) Cuci tangan
11) Dokumentasi
E.
Rangkuman
1.
Pemeriksaan empat gejala cardinal dibagi
menjadi empat macam, meliputi : pemeriksaan suhu tubuh, pemeriksaan denyut
nadi, pemeriksaan tekanan darah, dan pemeriksaan pernapasan.
2.
Menurut Johnson dan Taylor (2005) suhu
tubuh adalah keseimbangan antara panas yang diperoleh dan panas yang hilang.
Nilai normal suhu tubuh menurut Dubois (1948) dalam Johnson dan Taylor ( 2005 )
antara 35,8°-37° C. Pengukur suhu tubuh
dapat dilakukan melalui oral, rectal dan aksila.
3.
Denyut nadi adalah pelebaran dan recoil
arteri elastis berirama pada saat ventrikel memompakan darah kedalam sirkulasi.
Nadi teraba diseluruh bagian tubuh tempat arteri dapat dipalpasi diatas bagian
yang keras, biasanya tulang. Pengkajian nadi meliputi frekuensi, volume, dan
keteraturan.
4.
Tekanan darah adalah daya dorong ke
semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam
jantung darah (dan pembuluh Ethel, 2003: 238). Tekanan darah rata-rata pada
pria dewasa muda adalah sistolik 120 mmHg dan diastolic 80 mmHg, biasanya
ditulis 120/80. Tekanan darah pada wanita dewasa muda, baik sistolik maupun
diastolic biasannya lebih kecil 10 mmHg dari tekanan darah laki-laki dewasa
muda (Ethel, 2003: 240).
5.
Pernapasan internal merupakan upaya
tubuh untuk memasukan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida (system
metabolisme tubuh). Pernapasan yang normal dapat diobservasi dari frekuensi per
menit, kedalaman, keteraturan dan tanda-tanda yang menyertai, seperti bunyi
napas dan bau napas (Johnson dan Tailor, 2005). Dalam keadaan istirahat,
pernapasan orang dewasa normal berkisar 12-20 kali dalam
1 menit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar